Kamis, 17 Juni 2010

MANTAN PENGGUNA NARKOBA YANG KINI “PERANGI” NARKOBA

Kandung Kemih Membesar Akibat Overdosis Narkoba


Surabaya, eHealth. Sekilas, mungkin Anda tidak akan mengetahui, bahwa seorang Rudhy Wedhasmara, SH dengan perawakan yang segar bugar ini merupakan mantan pengguna Narkoba. Jam terbangnya yang cukup tinggi bersama bulir-bulir memabukkan tersebut sudah tidak dapat diragukan lagi.

Salah satu ceritanya yang bisa membuat kepala kita bergeleng-geleng adalah ketika di usianya yang masih sangat belia, yakni kelas tiga SMA, sekitar 10 tahun yang lalu, Ia telah menjadi salah satu Bandar Gede di Surabaya dengan delapan anak buah kurir pengantar ‘pesanan’ para pelanggannya.

Hal yang lebih membuat kita tidak habis fikir adalah bahwa sang almarhumah Ibundanya saat itu merupakan Wakil Kepala Sekolah di SMAnya. Bagi Rudhy ‘Sinyo’ Wedhasmara atau yang akrab dipanggil dengan Rudhy Sinyo ini, menceritakan masa lalunya bukanlah masalah besar. “Yang penting hasil akhirnya sekarang ini,” ujar mantan pengguna dan pengedar Narkoba yang sekarang menjadi Koordinator Jaringan Korban Napza Jawa Timur atau East Java Action (EJA).

Awal Mula Mengenal Narkoba

Jika kelas tiga SMA Ia telah menjadi seorang Bandar Gede alias BD yang sukses menyebarkan ganja, sabu-sabu, ataupun minuman keras, maka pertanyaannya adalah sejak kapan Ia mulai mengenal dan merasakan buaian Narkoba? Ia pun memulai kisah yang telah membawanya belajar banyak hal mengenai kehidupan. “Saya merokok mulai TK, mulai minum anggur berlebihan ketika SD, dan akhirnya beranjak pada Narkoba atau tepatnya Ganja saat kelas 6 SD,” ujar pria yang baru saja melepas masa lajangnya pada awal bulan Juli ini.


Rasa tidak percaya pasti menghinggapi kepala kita tentang bagaimanakah seorang bocah lugu pada saat itu dapat mengenal dan akhirnya terjatuh pada lembah yang membahayakan nyawa. “Saat itu, lingkungan tempat saya tinggal sangat mempermudah akses pembelian minuman keras atau pun Narkoba,” ujar pria kelahiran Nganjuk ini. “Bahkan tukang becak pun memiliki ganja saat itu,” lanjutnya.

Ia mengakui bahwa lingkungan keluarga yang mayoritas perokok pun menjadi faktor utama sedangkan Kakaknya yang semata wayang pun saat itu beramai-ramai ‘memakai’ bersama teman-temannya. Informasi mengenai bahaya Narkoba belum sampai di telinga sampai akhirnya ia begitu terlena dengan indahnya dunia sementara yang ditawarkan oleh lintingan-lintingan ganja.

Tahun 1998, Ia harus melanjutkan sandiwara dunianya ini tanpa kehadiran seorang ayah yang telah meninggal terlebih dahulu. Namun, saat itu usianya masih belia, dan ketidakhadiran sang Ayah malah membuatnya bebas bermain-main dengan ganja bersama teman-temannya. “Karena saya ‘bermain cantik’, tidak terlalu banyak kasus yang terungkap saat itu,” jelas pria yang telah banyak mengisi acara bahaya Narkoba ini sebagai pembicara atau hanya sekedar sharing.

Ia mulai sangat tergantung pada lintingan Ganja ketika SMP, dan semakin hari semakin menambah dosis penggunaan Ganja. Koplo atau jenis obat-obatan seperti depresan, obat penenang dan lain sebagainya pun menjadi konsumsi kesehariannya selain Ganja. Kemudian berlanjut pada Sabu-sabu. “Saat SMA kelas tiga ketika saya telah jadi BD, sayapun ditawari Putaw oleh seorang teman. Awalnya saya menolak namun lama-kelamaan saya pun mencobanya,” ujar Rudhy Sinyo.

Uang yang Ia peroleh saat menjadi BD pun habis terkuras ketika Ia mulai mengenal Putaw. Bahkan Ia sampai menjual berbagai macam barang di dalam rumahnya. “Kriminal yang saya lakukan sebatas di dalam rumah,” jelasnya. Ketika akhirnya Ia kehabisan uang dan akal untuk membeli Putaw, akhirnya Ia harus merasakan sakaw dan menelantarkan kuliah semester limanya di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, maka Ia pun menyerah dan meminta ibunya untuk membawanya ke klinik rehabilitasi.

Perjalanan tidak sampai disitu saja, hampir seluruh dokter Spesialis Kejiwaan pernah Ia datangi untuk menjalani rawat jalan terhadap ketergantungannya pada obat-obatan terlarang. Namun, perasaan dan dorongan untuk tetap 'memakai' tetaplah ada. Obat dosis rendah yang diberikan oleh dokter-dokter itu Ia minum bersamaan dengan Narkoba.


“Saya merokok mulai TK, minum anggur berlebihan ketika SD, dan Narkoba kelas 6 SD”

“Efek yang ditimbulkan lebih besar daripada Narkoba umumnya, namun konsekuensi yang saya terima pun tidak tanggung-tanggung,” jelasnya. Akibat perbuatannya itu Rudhy Sinyo overdosis. Umumnya jika seseorang overdosis, sebagian organ tubuhnya mengembang atau membesar, dan organ tubuh Rudhy yang membesar saat itu adalah kandung kemihnya. Dan Ia pun mengalami kelumpuhan di separuh badannya sehingga harus menggunakan kursi roda. Untuk buang air kecil pun Ia harus menggunakan Kateter. “Akibatnya masih dapat dirasakan hingga sekarang, susah buang air kecil atau terkadang jika sudah buang air kecil jadinya banyak sekali,” jelasnya. Ia harus menjalani terapi selama kurang lebih satu tahun.

Saat itu, kakaknya yang juga pecandu Narkoba pun mencoba untuk keluar dari lingkaran hitam. Sang Kakak mengikuti sebuah Pondok Pesantren khusus Pecandu Narkoba dan berhasil. Maka jejak sang Kakak pun diikuti oleh Rudhy Sinyo atas dorongan sang Ibu. Namun, tidak seperti halnya sang Kakak yang telah berhasil menjalani hidup normal selepas Ponpes tersebut, Rudhy Sinyo malah kembali kepada “pelukan” Narkoba, “Pagi hari saya keluar Ponpes, sorenya sudah memakai,” jelasnya mengenang hari-hari itu. Karena sikapnya tersebut, Ia pun kemudian ‘diambil’ kembali oleh pihak Pondok karena sebelumnya memang memiliki perjanjian hitam diatas putih untuk bersedia kembali ke Pondok apabila menggunakan Narkoba lagi.

“Saat itu saya ditawari tiga pilihan, mau sekolah, dibina, atau dibinasakan,” jelasnya sambil tertawa. Ia pun memilih untuk sekolah atau belajar di Ponpes. Sebagai konsekuensinya, maka Ia harus menjalani satu tahun lebih di Ponpes tanpa boleh dikunjungi atau pun pulang ke rumah.

Selepas dari Pondok tersebut, rasa rindunya terhadap kehidupan normal pun muncul. Ia berniat melanjutkan studinya yang sempat terputus di bangku kuliah dulu. Namun sang Ibu menganjurkan agar Ia mengambil sekolah di Jember, maka Ia pun sekolah di Teknik Mesin Depnaker. Setelah masa studinya di Jember selesai, maka Ia menebus rindunya pada Kota Pahlawan untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi. Sayangnya, perjalanannya terputus lantaran Ia tidak sanggup menghadapi tugas-tugas yang menumpuk setiap harinya. Maka Ia memilih Universitas Narotama jurusan Hukum sehingga akhirnya bergelar Sarjana Hukum saat ini.

Dipenjara 6 Bulan

Ketika akhirnya Ia dapat menguasai kembali 70% kehidupannya yang pernah direnggut Narkoba itu, ternyata masalah tidak berhenti menerpa. Tahun 2002 Ia mengidap Hepatitis C. Dengan terpaksa Ia pun harus merogoh dompetnya untuk membiayai penyakitnya tersebut, tidak tanggung-tanggung, sebanyak 2,5 juta rupiah harus Ia habiskan seminggu sekali selama satu tahun. “Penyakit-penyakit yang mungkin dulunya tidak terasa, setelah berhenti pakai tiba-tiba bermunculan,” jelasnya.


Daya ingat yang menurun pun kerap dirasakannya akibat menggunakan Narkoba. Tidak jarang para pengguna Narkoba Jarum Suntik (Penasun) malah mengidap HIV/AIDS akibat menggunakan jarum suntik secara bergantian. “Saya juga sudah check-up dan untuk HIV/AIDS Alhamdulilah negatif,” jelasnya.

Ketika menjalani hari-harinya selama 4 tahun tanpa Narkoba, Rudhy Sinyo bertemu dengan teman-teman senasib dan rekan-rekan yang memiliki satu visi untuk memerangi Narkoba. Ia bersama teman-teman sevisinya itu pun pada tahun 2002 membangun sebuah LSM bernama Talenta. “Di dalam Talenta kami saat itu memiliki 12 point cara penanggulangan Narkoba,” ujarnya. Tetapi, satu diantaranya bermasalah karena dianggap melawan hukum dan diduga sebagai salah satu jalan untuk melegalkan pemakaian Narkoba Penasun berkedok LSM. Maka setelah dua tahun program berjalan, tiba-tiba Sekretariat LSMnya digerebek pihak yang berwajib. Akibatnya, Rudhy Sinyo harus mendekam di penjara selama 6 bulan.

Selama 6 bulan dibui, Rudhy Sinyo tidak kehilangan semangat untuk terus melanjutkan program-program LSMnya. “Banyak orang yang menganjurkan saya untuk tidak lagi berurusan dengan LSM, karena mereka melihat saya dipenjara,” ujar Rudhy Sinyo sambil mematikan rokoknya. “Tetapi kalau sudah panggilan jiwa, maka lain halnya,” lanjut Rudhy.

Maka selepas dari LP Medaeng, Ia pun membangkitkan kembali LSM Talenta, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan maka Ia membangun LSM baru dengan semangat baru dan salah satu program baru yakni Narkoba Anonimous, yakni suatu konseling yang mengajak para pecandu untuk saling bercerita dan memecahkan permasalahan yang dimiliki. LSM barunya itu Ia beri nama LSM Orbit. Tetapi saat lima tahun lebih Ia menghabiskan waktu tanpa sentuhan Narkoba, tiba-tiba Ia harus menghadapi cobaan yang sangat berat, yakni meninggalnya sang Ibu karena penyakit kanker yang telah lama diderita. Jiwanya sempat goyah, Ia pun terjatuh kembali pada belaian Narkoba selama 3 bulan. Tetapi dengan cepat Ia meminta pertolongan dari teman-temannya di LSM. Sehingga dengan bantuan dari teman-temannya yang aktif di program Narkoba Anonimous itu, akhirnya Ia bisa kembali kuat, bukan hanya melawan Narkoba tetapi juga dalam menjalani hari-harinya hingga saat ini.

East Java Action (EJA)

Rintangan dan hadangan yang Ia hadapi tidak pernah membuatnya meratapi nasib yang telah Ia tempuh tersebut. Terbukti pada akhir 2006 setelah Ia aktif bergabung bersama LSM Bina Hati, Ia pun menginisiasi pembentukan Jaringan Korban NAPZA se-Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan IPPNI (Ikatan Persaudaraan Pengguna Narkoba Indonesia). Dalam hal ini Ia lebih menekankan kepada nasib para pengguna bukan sebagai kriminal, namun sebagai korban. “Pengguna Narkoba itu sakit, dan sebenarnya bukan penjara yang mereka butuhkan melainkan rehabilitasi,” ujarnya. Maka IPPNI yang Ia rintis ini kemudian dideklarasikan menjadi PKNI (Persaudaraan Korban NAPZA Indonesia).

PKNI telah tersebar di 15 Provinsi di Indonesia, salah satunya di wilayah Jawa Timur. Untuk wilayah Jawa Timur sendiri PKNI telah berada di 6 Kota, yakni di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Madiun, Malang, dan Banyuwangi. Nama nama LSM di setiap wilayah berbeda-beda, dan untuk di Surabaya yang sebagai pusat PKNI daerah Jawa Timur, diberikan nama East Java Action (EJA).

Sekertariat EJA yang beralamat di kawasan Bratang ini pun masih terbilang sangat baru. Saat Tim eHealth mewawancari Rudhy di sekertariat EJA ini terlihat ruangan sekertariat yang masih kosong hanya dilapisi karpet hijau. Anggota inti EJA sendiri sebanyak 20 orang, tetapi untuk anggota umum sudah mencapai ratusan.

“Kami sadar, tugas kami dalam EJA akan sangat berat, tetapi semua hal itu pastilah memiliki jalan keluar,” ujar Rudhy. Ketika wawancara akan berakhir, terdengar suara dering telepon dari dalam. Sejenak Ia menjawab telepon itu dan kembali duduk dihadapan kami, “Maaf, isteri saya telepon,” ujarnya sambil tersenyum simpul. Baru beberapa hari ini Ia bersama isteri pindah kerumah yang sekaligus dijadikannya tempat kos-kosan di daerah Semolowaru. Selain sibuk di dunia LSM, ternyata sosok Rudhy ini juga senang berbisnis, hal itu terbukti karena selain memiliki bisnis kos-kosan, Ia pun memiliki usaha warnet dan juga usaha bengkel. “Berusaha memiliki hidup baru lah,” jelasnya sambil tak lupa menyimpulkan senyum.

Sebelum menutup wawancara, Pria kelahiran Nganjuk 22 Maret 1980 ini berpesan kepada orang-orang yang belum mengenal Narkoba, bahwa hanya dengan perilaku Coba-coba hidup akan berbelok drastis dari yang seharusnya. Sedangkan bagi para pengguna yang telah jatuh dalam lingkaran hitam tersebut, segeralah mencari bantuan, baik kepada sanak saudara, kerabat dekat, atau pun LSM yang aktif menangani masalah Narkoba, seperti EJA.

Bagi masyarakat sekitar yang tinggal berdekatan dengan para pengguna, hendaklah mereka menyadari bahwa pengguna juga manusia, dan mereka patut diberi dukungan atau pun kepercayaan bahwa mereka dapat kembali ke jalan yang benar. Selalu ada kesempatan dan pilihan di setiap jalan hidup yang kita tempuh, dengan dukungan dan niat yang kuat kita tidak hanya meraih kesempatan itu sendiri namun menciptakan kesempatan bagi diri sendiri maupun orang lain bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini.(fie)


http://www.surabaya-ehealth.org/content/mantan-pengguna-narkoba-yang-kini-%E2%80%9Cperangi%E2%80%9D-narkoba

0 komentar:

Posting Komentar

Download

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More